Suatu hari, Umar melakukan kunjunganke kawasan yang berada di bawah kekuasaannya. Gabenor menjamu Umar makan malam dengan jamuan yang istimewa, sebagaimana lazimnya perjamuan untuk ketua negara. Umar kemudian bertanya kepada sang gabenor, "Apakah hidangan ini adalah makanan yang biasa dinikmati oleh seluruh rakyatmu?"
Dengan gugup, sang gabenor menjawab, "Tentu tidak, wahai Amirul Mukminni. Ini adalah hidangan istimewa untuk menghormatimu." Umar lantas berdiri dan bersuara keras, "Demi Allah, saya ingin menjadi orang terakhir yang menikmatinya. Setelah seluruh rakyat dapat menikmati hidangan seperti ini, baru saya akan memakannya." Itulah sifat Umar bin Khattab, seorang pemerintah negara yang zuhud.
Di lain kesempatan, sehabis solat zuhur, Umar meminta selembar permadani Persia yang indah untuk dibawa pulang ke rumahnya. Tentu saja, hal ini membuat para sahabat hairan. Hari itu, Umar bin Khattab membahagi harta rampasan perang yang dibawa oleh pasukan Sa'ad bin Abi Waqqash yang berhasil menaklukkan Kota Madain, ibu kota imperium Persia kepada semua rakyatnya. "Bagaimana pendapat kalian, jika permadani ini aku bawa pulang ke rumahku?" Gembira bercampur kaget, para sahabat tergopoh-gopoh menyetujuinya. "Tentu saja wahai Amirul Mukminin, kami setuju sekali anda membawanya pulang."
Ketika tiba waktu asar, Umar membawa kembali permadani tersebut. Kali ini, permadani itu sudah dipotong menjadi kepingan kecil, dan Umar membahagikan kepada beberapa sahabatnya. Dengan senyum, Umar berkata, "Hampir saja saya tergoda oleh permadani indah ini." Masya Allah, begitulah Umar, sang pemerintah negara.
0 comments:
Post a Comment